![]() |
Pasangan Pemimpin Nasionalis & Religius Hasil Ijtima Ulama |
Mengapa Prabowo 2014 tidak dimenangkan...?! Tuhanlah yang
tahu jawabannya...!!!
Perolehan suara kala itu sungguh luar biasa. Walaupun masih
ada yang bersilang pendapat, namun katakanlah hasil keputusan MK mengalahkan
dan menunda Prabowo menjadi Presiden republik Indonesia. Waktu berlalu, musim
berganti, sejarah pun tergores.
Bak percikan api ditengah kering kerontang padang ilalang.
Ahok telah berjasa besar membakar semangat jihad kaum muslimin diseluruh tanah
air. Tanah tercinta yang bernama indonesia, yang merdeka karena tumpah nya darah
para pahlawan dan mujahid fisabilillah. Peluh dan air mata serta jutaan nyawa sirna
menyatu bersama ibu pertiwi sebagai persembahannya. Umat islam marah. Rakyatpun
kecewa dengan ucapan seorang gubernur pengganti Jokowi karena mangkat menjadi
presiden republik indonesia.
![]() |
Lautan Manusia Pada Pristiwa 212 |
Sosok sang pemberani dari Petamburan Tanah Abang berteriak
lantang terhadap sebuah penistaan. Jutaan manusia tumpah ruah dan memutihkan
titik nol ibukota pada Jum’at 2 Desember 2016 yang kemudian sejarah mencatat
sebagai “Aksi Bela Islam” di Monas yang akhirnya dikenal dengan sebutan “Pristiwa
212”. Tidak hanya umat muslim indonesia, namun duniapun berdecak kagum. Bahkan hampir
milyaran pasang mata diseluruh belahan dunia tertuju pada pristiwa yang tercatat
bahkan terus akan menginspirasi para generasi islam dimasa mendatang.
Sebuah pristiwa yang begitu damai, sejuk, tertib dan bersih
sebagai uswah sikap dan pribadi muslim sejati dalam menyampaikan aspirasi dan
tuntutannya terhadap seorang penista agama yang dianutnya. Bersamaan dengan
pristiwa bersejarah tersebut, pilgub DKI Jakarta tak lama berselang
dilangsungkan. Banyak cibiran, kecaman, bully bahkan tuduhan-tuduhan SARA
terhadap gerakan-gerakan dakwah yang mengajak umat islam untuk memilih pemimpin
sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
![]() |
Fakta Sejarah Yang Mendunia |
Indonesia bukan negara islam itu kita sepakat. Namun indonesia juga mutlak
negara yang berketuhanan. Dalam pandangan ini saya ingin mengatakan bahwa
indonesia adalah penganut faham demokrasi Pancasila. Maka, salahkah jika umat
islam mengambil haknya dalam menentukan nasib bangsa kedepan dan mengambil hak
pilihnya sesuai syariat agama yang dianutnya. Bukankah para pengagum demokrasi
akan percaya, yakin dan setuju bahwa falsafah demokrasi memihak kepada suara
terbanyak.
Indonesia adalah negara yang berpenduduk muslim terbesar
dunia, Jakarta sebagai ibukota negara adalah etalase sebuah bangsa. Teriakan
Takbir yang keluar dari kerongkongan seorang ulama pemberani yang tak takut mati, Habib Rizieq Shihab bersama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI yang kemudian
saat ini dikenal dengan nama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama, HRS sebutan
lain dari imam besar umat islam menjadi Komando Jihad Konstitusional bersama
para alim ulama serta politisi yang peduli umat.
Seruannya membuahkan hasil yang nyata. Pilkada DKI Jakarta
dimenangkan oleh pasangan Cagub dan Cawagub yang diusung oleh partai-partai
yang peduli terhadap umat serta mengindahkan pesan-pesan Habib Rizieq Shihab.
Pendiri sekaligus ketua Dewan Pembina Front Pembela Islam (FPI) ini
sesungguhnya telah lama bahkan sejak berdirinya FPI untuk terus menerikan
denggan lantang “Amar Makruf Nahi Munkar”. Dalam perjuangan politik, FPI keras
berteriak lantang pada pemilu 2009 dan 2014 untuk mengajak umat muslim agar
memilih pemimpin sesuai ajaran Al Qur’an. Namun disayangkan saat itu masih
banyak umat yang masih tertidur bahkan yang terjagapun mengambil sikap “Golput”
atau tidak memilih.
Rasiskah dan SARA kah seruan dan ajakan itu...?! tentu jawabnya
tidak. Undang-Undang Dasar Negara kita melindungi hak-hak warga negaranya dalam
menjalankan syariat agama serta hak memilih dan dipilihnya dalam alam demokrasi.
Perhelatan Pilkada DKI Jakarta telah menjawab bahwa betapa besar kekuatan
kapitalis tak mampu membendung kecintaan umat.
Money Politik tidak laku. Sembako terbuang berserakan dengan
cara yang sangat menjijikan. Tumpukan uang terbakar bersama dengan
kesombongannya. Prediksi para lembaga survey luntur berserakan. Suara ulama
jauh terdengar hingga ke lubuk hati. Pasangan Anies Sandi berhasil meraih
simpati sebagai hasil dari upaya perjuangan para ulama yang tak bisa
dipungkiri.
Demikian pula pilkada yang digelar secara serentak pada Juni
2108 yang baru saja beralu. Partai partai yang tergabung dalam Koalisi 212
hasil arahan imam besar Habib Rizieq Shihab yang kemudian dikenal dengan
sebutan Koalisi Keumatan, boleh dikatakan hampir menang secara keseluruhan.
Kemenangan pasangan gubernur DKI Jakarta Anies Sandi serta beberapa pilkada
wajib dikapitalisasi sebagai modal yang kuat untuk memenangkan Prabowo Subianto
sebagai calon presiden 2019 yang telah direstui oleh para habaib dan ulama.
Gelombang besar gerakan #2019Gantipresiden menebar
kemana-mana. Membakar semangat umat memupuk spirit rakyat untuk mengganti
presiden 2019 yang akan datang menjadi hantu gentayangan bagaikan gelombang
pasang yang siap menghempas kapal hingga kedaratan. Dua gelombang besar Persaudaraan
212 atas nama umat dan gerakan #2019Gantipresiden atas nama rakyat menyatu
menjadi sebuah piramida kekuatan umat dan rakyat yang berdaulat.
Pristiwa fenomenal 212 yang melahirkan sebuah gerbong besar “Persaudaraan
212” terus berkonsolidasi demi penyelamatan negeri ini hingga menoreh sejarah
kumpulnya para habaib, ulama dan para politisi serta para cendikiawan dan
ekonom muslim dalam gelaran Ijtima Ulama yang berlangsung pada tanggal 27-29 Juli
2018 di Hotel Menara Peninsula Slipi Jakarta Barat. Seluruh ketua umum dan para
petinggi partai yang tergabung dalam koalisi keumatan hadir menyampaikan pidato
politiknya ditengah-tengah para ulama.
![]() |
Gelombang Gerakan 2019 Ganti Presiden Terus Menggelora |
Terbersitlah 2 nama besar yaitu Dr. Salim Segaf Al Jufri dan
Ustadz Abdul Somad atau yang lebih dikenal dengan panggilan UAS sebagai calon
waki presiden yang akan mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpre 2019 yang akan
datang. Inilah rupanya jawaban Tuhan tenga mengapa 2014 Prabowo tidak
dimenangkan.
Beginilah cara Tuhan mendidik umatNya. Dengan proses
mengujian serta perjalanan waktu yang mencerdaskan umat muslim indonesia, maka
mereka dan kita bisa menilai secara lebih objektif, rasional berdasarkan rekam
jejak yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi.
Ingin jadi presidenkan HRS...?! Haus jabatankah Prabowo dan
para petinggi partai pengusung...?!
HRS nan jauh ditanah suci makkah sana hanya menginginkan
bahwa harus hadir seorang pemimpin dalam hal ini presiden republik indonesia
yang cinta pada rakyat dan setia pada umat. Demikian juga Prabowo Subianto. Dia
seorang prajurit sejati yang cinta negeri. Sudah selesai dengan urusan
pribadinya. Bahkan pernah terlontar kabar bahwa Prabowo Subianto akan mendukung
siapapun yang lebih baik dari dirinya untuk menjadi calon presiden jika rakyat
mendukungnya.
Artinya dia bukan orang yang haus jabatan atau rakus terhadap
sebuah kedudukan. Namun hanya sebagai panggilan jiwa dan kecintaannya kepada
bangsa dan negara untuk menggabdikan dirinya demi umat dan rakyat indonesia
agar dapat hidup sejahtera. Tak berhenti disitu, partai-partai yang tergabung dalam
koalisi keumatan pun sama rupanya. Mereka tidak mementingkan kepentingan partai
atau golongan. Tapi lebih kepada penyelamatan bangsa dan negara dari
keterpurukan yang sedang berlangsung saat ini.
Adakah pertanda bahwa semua pristiwa dan kejadian ini
sebagai “Kebangkitan Umat Islam Indonesia” yang selama ini tertidur...?!
Waktulah yang akan menjawabnya.
MUHIDIN JALIH
Bang Jalih Pitoeng_BJP